Label

agribisnis ternak ruminansia

agribisnis ternak ruminansia

Jumat, April 08, 2011

dipping

TEAT DIPPING

teatdip2Teat dipping merupakan suatu proses sucihama puting sapi perah oleh larutan tertentu yang dilakukan setelah pemerahan. Hal ini penting dilakukan dalam rangka untuk mengendalikan penyakit radang ambing/ mastitis. Setelah selesai proses pemerahan, keempat puting pada satu ekor sapi harus segera disucihamakan dengan larutan desinfektan/ antiseptik. Caranya dengan merendam puting ke dalam larutan desinfektan/ antiseptik selama beberapa detik atau puting disemprot larutan desinfektan/ antiseptik dengan alat semprot (sprayer)

Keuntungan melakukan teat dipping adalah untuk mencegah mikroba masuk ke dalam puting sehingga mastitis dapat di cegah dan dikendalikan, tetapi bila kita terlambat melakukan teat dipping maka mikroba yang sudah berada dalam puting akan tumbuh berkembang karena setelah 15-30 menit post pemerahan mikroba sudah masuk jauh ke rongga puting.

Antiseptik dan antibiotik adalah bahan antimikrobial yang memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri tertentu namun perlu diketahui penggunaan desinfektan/ antiseptik dengan konsentrasi yang terlalu tinggi dan waktu yang terlalu lama akan menyebabkan desinfektan/antiseptik menjadi tidak efektif, membakar kulit dan berbahaya bagi ternak. Banyak antiseptik dan desinfektan dipasaran yang bisa dipakai. Diantaranya yang sering digunakan adalah alkohol 70%, chlorhexidin, kaporit, dan yodium.

1. Alkohol 70% ( Etanol 70% )

Berdasarkan hasil penelitian, etanol 70% secara efektif dapat dipakai untuk teat dipping sapi perah setelah pemerahan untuk mencegah mastitis dengan cara mencelupkan puting susu selama 10 menit. Etanol menunjukkan aktivitas mikroba yang cepat dan berspektrum luas melawan bakteri vegetatif virus, jamur, tetapi tidak sporosidal. Sel Staphylococcus aureus sebagai penyebab mastitis tidak memiliki spora sehingga akan mati dengan pemberian etanol. Pada penggunaan etanol 90% zone hambat terhadap Staphylococcus aureus lebih kecil dibandingkan etanol 70% karena jumlah air dalam larutan berkurang sehingga aktivitas katalitik air menurun. Sedangkan etanol dibawah 50% tidak efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus.

2. Chlorhexidin

Merupakan sediaan khlor sintetik alkalis yang bertindak cepat, mudah larut air, tidak menyebabkan iritasi dan tidak bersifat toksik. Bahan pembasmi kuman ini paling efektif terhadap gram positif & gram negatif serta virus terutama penyebab rabies.

Chlorhexidin sering dipakai untuk desinfeksi alat pemerahan dan ambing. Untuk teat dipping digunakan larutan 0,2 – 5 %. Kadang- kadang khlorhexidin dikombinasikan dengan surfaktan, zat warna atau bahan lain misal gliserin.

Sediaan khlor yang juga biasa digunakan antara lain sodium hipoklorit , kaporit, khloramin T, dan iodin monokhlorida.

Sodium hipoklorit yang biasa dipakai sebagai pemutih pakaian juga bisa digunakan untuk teat dipping. Produk komersial ( yang biasanya mengandung hipoklorit 6, 25%) harus diencerkan 4 bagian pemutih ke dalam 1 bagian air untuk mengurangi konsentrasi tetapi penggunaan produk ini tidak dianjurkan.

Berdasarkan hasil percobaan, level kaporit yang menghasilkan daya hambat tertinggi terhadap Staphylococcus aureus dicapai pada level 60 ml/L.

Tetapi pemakaian sediaan khlor yang terus menerus dapat menyebabkan iritasi jaringan dan menyebabkan granulasi yang berlebihan dari jaringan yang mengalami kesembuhan.

3. Yodium ( I )

Yodium adalah bahan pembasmi kuman yang berspektrum luas yang cepat dan efektif terhadap semua bakteri penyebab mastitis, jamur, virus dan spora bakteri. Yodium mempunyai kemampuan menembus sel yang sangat tinggi dan karena adanya gangguan metabolisme di dal;am protoplasma, kuman akan mati. Kuman akan mati di dalam larutan yodium 50 ppm selama satu menit dan untuk spora kuman dibutuhkan waktu 15 menit. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengobati luka baik yang disebabkan oleh bakteri, jamur, maupun parasit.

Disamping keampuhannya, Yodium memiliki kelemahan yaitu menyebabkan rasa perih pada luka, bersifat korosif atau merusak alat- alat kedokteran, meninggalkan warna pada jaringan, meninggalkan luka parut yang berlebihan dan bersifat toksik. Akan tetapi dengan ditemukannya polyvinyl pyrrolidon, sediaan yodium dapat dicampurkan dan kelemahan yodium di atas dapat ditekan. Rasa tidak perih, tidak korosif, tidak meninggalkan warna pada jaringa, tidak meninggalkan luka parut dan tidak toksik.Gabungan sediaaan iodium dengan polyvinyl pyrrolidon di kenal dengan povidone iodine. Contoh yang beredar di pasaran seperti yng kita kenal dengan merek dagang betadine, biosepton, dan lain-lain, dengan kadar povidon iodine 10%. Karena sifat-sifat yang dimiliki povidone iodine ini maka secara internasional direkomendasikan untuk dijadikan bahan teat dipping dengan konsentrasi 1-2 %. Semakin tinggi konsentrasi antiseptik maka kemampuan menghambat Staphylococcus aureus akan menurun. Hal ini karena jumlah air berkurang sehingga menurunkan aktivitas katalitik terhadap denaturasi protein mikroba.

Guna mengencerkan sediaan povidon iodine dari 10% menjadi 1 atau 2 %, digunakan rumus pengenceran yaitu V1. M1 = V2. M2. Misalnya menginginkan sediaan 1% dalam larutan 50 ml pengencer atau air, maka : V1.10 = 50.1. V1= 5 ml. V2-V1 = 50-5 = 45 ml. Jadi dibutuhkan 5 ml povidon dan 45 ml cairan atau air. Dengan cara yang sama bisa dibuat konsentrat 2% dan kosentrasi yang lain.

Sediaan yang diperoleh sudah siap dijadikan cairan untuk teat dipping. Aplikasinya, setelah proses pemerahan satu ekor selesai, cairan yang telah dimasukkan dalam dipper khusus, dimasukkan sesaat dalam puting, secara bergantian sampai keempat puting. Setelah dipping selesai dilanjutkan dengan pemerahan sapi yang lain dan diakhiri dengan celup puting seperti di awal. Dari penelitian, cara ini dapat menurunkan infeksi baru sebesar 50%.

Teat dipping yang dilakukan setelah pemerahan merupakan strategi manajemen yang baik untuk mengurangi laju infeksi baru intramammary pada sapi perah sehingga kasus mastitis dapat di tekan serendah mungkin. Disamping itu perlu dilakukan teknik pemerahan susu yang tepat, dipping peralatan pemerahan, desinfeksi kandang, progam pengeringan sapi bunting 7 bulan, pengobatan antibiotik yang tepat pada kasus mastitis klinis dan afkir sapi yang terinfeksi kronis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar